Selamat Datang Di Fisioedukasi

Fisioterapi membantu anda memulihkan gangguan fungsi gerak tubuh anda dengan menggunakan pendekatan ilmu elektro fisika, biomekanik, fisiologi latihan, manual terapi, terapi latihan, dan banyak lagi pendekatan ilmu fisioterapi yang berkembang sasui dengan perkembang ilmu dan teknologi terkini

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Kamis, 28 Desember 2017

ANALISA FISIOTERAPI PADA POLA BERJALAN / Gait Analis

ANALISA FISIOTERAPI PADA POLA BERJALAN / Gait Analis



Gait Analis / Analisa Berjalan diperlukan oleh seorang Praktisi Fisioterapi untuk
Menentukan letak permasalahan pada pasien nya.
  Apa itu Gait analis ??
Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik, ketitik berikutnya dengan cara menggunakan kedua tungkai (bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses berlangsung). Pola repetisi daripada penumpuan berat badan dari satu tungkai ketungkai yang lain.
Dalam pembahasan mengenai berjalan, maka istilah gait dan locomotion merupakan istilah yang sering dimunculkan.Gait adalah cara berjalan sedang lokomotion berarti perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya, maka berjalan (walking) mencakup gait dan lokomotion.
Gerakan berjalan merupakan gerakan dengan koordinasi tinggi yang dikontrol oleh susunan saraf pusat dan melibatkan sistem yang sangat kompleks.
Dalam berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase mengayun ( swing fase). Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua kaki di lantai (double support) yang brlangsung singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki tidak menginjak lantai.
Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance , heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiar dengan heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi).

Nah… Setelah kita memahami tentang Analisa berjalan, Kita akan Membahas mengapa Fisioterapi juga mempelajari Analisa Berjalan

Fisioterapi  adalah ilmu yang membahas kapasitas Fisik tubuh manusia beserta gerakan dan fungsi dari gerakan tersebut, ketika seseorang berjalan tidak sesuai dengan pola berjalan normal maka seorang Fisioterapis sudah bisa menentukan bagaian tubuh mana yang akan mengalami masalah dengan pola berjalan  yang salah tersebut, dan.. dari pada itu fisioterapi juga harus bisa menganalisa mengapa seseorang tersebut berjalan dengan pola yang salah ‘ada sebab akibat’.


            Berikut Pola Berjalan yang Salah / Patologis :

Gaya berjalan akan berubah apabila salah satu sistem yang mendukungnya mengalami gangguan. Patofisiologi secara umum adalah2:
–          Gangguan penglihatan, apabila mata seseorang ditutup atau kehilangan penglihatannya, orang tersebut akan berjalan dengan langkah yang pendek, tangan dalam posisi ke depan atau fleksi(untuk mencegah tabrakan), goyangan tubuh berkurang, serta terjadi sedikit kekakuan
–          Vestibulopati, fase berjalan tidak menetap dan kehilangan keseimbangan. Orang yang mengalami vestibulopati tidak dapat berlari atau mengubah arah jalannya tiba-tiba. Pasien gangguan ini dapat didiagnosis dengan tes fungsi labirin(caloric and rotational testing, electronystagmography, and posture platform testing). Penyebab vestibulopati yang sering adalah akibat obat dan zat toksik, serta penuaan.
–          Hilangnya deteksi propioseptif, pasien dengan kelainan ini berjalan dengan tangan sedikit ke depan, badan bungkuk, rentang kaki lebar dan irregular, langkah tidak sama, dan terjadi goyangan pada tubuh. Apabila tubuh dimiringkan maka badan pasien akan jatuh dan tidak dapat bangun sendiri. Selain itu juga ditemukan Romberg sign, yaitu ketika pasien menutup mata maka badannya langsung jatuh.

1. Cerebellar Gait
Pada kelainan sereberum terlihat rentang kaki yang lebar, langkah tidak mantap dan regular, serta adanya belokan. Selain itu langkah yang terjadi tidak seperti yang diperkirakan, terkadang lebih pendek atau jauh. Pasien mengkompensasi dengan memendekkan langkahnya atau menjaga kedua kakinya tetap di tanah. 2
Pada ataksia cerebellar, ketidakseimbangan dan goyangan batang tubuh menjadi lebih terlihat saat pasien berdiri dari duduknya atau mengubah arah jalan. Pasien ataxia cerebellar tidak memiliki keluhan ketidakseimbangan atau vertigo.Pada pasien ini terdapat tanda Romberg. Pola jalan cerebellar terjadi pada multiple sclerosis, tumor serebelar(terutama pada vermmis), stroke, dan degenerasi cerebellum.

2. Gaya Berjalan Mabuk/Terhuyung-huyung
Gaya berjalan ini terlihat pada orang yang sedang mabuk akibat alcohol, obat sedatif, dan antiepilepsi. Orang yang mabuk tersebut berjalan sempoyongan, sedikit maju mundur, dan setiap gerakan seakan-akan kehilangan keseimbangan. Pada kondisi ini juga tidak terdapat control batang tubuh dan kaki yang baik, sehingga terlihat langkahnya ireguler dan tidak pasti. Kondisi ini mirip dengan cerebellar gait, perbedaannya adalah pada mabuk tidak terlihat usaha orang tersebut untuk memperbaiki keseimbangannya. Selain itu, pada mabuka, terlihat deviasi jauh dari geris lurus jalannya, sedangkan pada cerebellar gait pasien cenderung melangkah rapat untuk mempertahankan keseimbangannya dan benar-benar kehilangan keseimbangan apabila badan terlalu miring.

3. Gaya Berjalan Ataksia Sensorik
Pada gangguan sensorik posisi sendi dan otot, pasien tidak dapat membayangkan posisi tubuhnya. Pada pasien ini terlihat langkah kasar dan menghentak tanah. Langkah juga jauh untuk mempertahankan keseimbangan. Pasien terlihat sangat memperhatikan kaki dan tanah. Pada kasus ini juga ditemukan tanda Romberg positif. Ataksia sensorik dapat disebabkan oleh tabes dorsalis(paling sering), ataxia Fredereich, multiple sclerosis, kompresi korda spinalis, defisiensi vitamin B12, dll.

4. Foot-Drop Gait( Equine/Steppage Gait )
Gaya berjalan foot drop disebabkan paralisis otot pretibial dan peroneal. Akibatnya terjadi ketidak mampuan untuk melakukan dorsofleksi kaku. Pada saat berjalan terlihat fleksi paha yang berlebihan, langkah yang sama, dan jempol yang menapak tanah. Gaya berjalan ini dapat disebabkan oleh kerusakan saraf peroneal atau L5.

5. Gaya Berjalan Hemiplegik / Paraplegik
Pada hemiplegia tidak terjadi fleksi yang bebas pada paha, lutut, dan engkel. Tungkai cenderung melakukan sirkumduksi, sedangkan kaki seperti menggores lantai. Ciri lainnya adalah adanya suara scuffing yang ritmik dan lambat. Lengan yang mengalami hemiplegic biasanya dalam kondisi fleksi dan tidak mengayun normal.
Pada paraplegic tungkai, terlihat tungkai kaku dan lambat, serta adanya hambatan gerak dip aha dan lutut. Tungkai sedikit mengalami ekstensi dan paha sangat teradduksi. Langkah regular dan pendek. Pasien memerlukan usaha keras untuk maju.

6. Gaya Berjalan Parkinsonism
Pada parkinsonism ciri utama gaya berjalan adalah adanya akselerasi yang involunter. Ciri lainnya adalah hilangnya ayunan tangan, terhenti saat ada hambatan di jalan, tergesa-gesa saat memulai langkah. Untuk membantu diagnosis dapat mencari ciri parkinsonism lainnya, yaitu tremor, dan ekspresi wajah  mask-like.

7. Gaya Berjalan Lanjut Usia
Pada orang lanjut usia terjadi penurunan kemampuan umum berjalan, baik kekuatan, kecepatan, dan kelancaran/keindahan pola gerakan. Postur orang tersebut sedikit bungkuk. Posisi kaki melebar dan langkah memendek. Perubahan utama lainnya adalah ketidakmampuan untuk mengompensasi perubahan postur yang tiba-tiba, sehingga sering jatuh apabila ada halangan di jalan. Penyebab pasti perubahan gaya berjalan pada orang lanjut usia tidak diketahui, tetapi diperkirakan adanya peranan hilangnya neuron akibat penuaan. Faktor lainnya yang berperan adalah penuaan pada otot, tulang dan sendi.

Semoga Penjelasan diatas bisa diambil manfaatnya dan dijadikan landasan dasar untuk menegakan Diagnosa Fisioterapi, Menentukan Program intervensi Fisioterapi.
Semoga bagi Pembaca dapat menambah wawasan dan memahami tentang Pola berjalan kita manusia.

Senin, 25 Desember 2017

MENGENALI KONSEP BOBATH / NDT ( The Neuro-Developmental Treatment )

MENGENALI KONSEP BOBATH / NDT ( The Neuro-Developmental Treatment )


MENGENALI KONSEP BOBATH / NDT ( The Neuro-Developmental Treatment ) 

      Pengertian Konsep BobathThe 'Bobath Konsep' adalah pendekatan penting untuk rehabilitasi dalam merawat pasien dengan luka pada otak(anatomi). Hal ini diberi nama sesuai dengan penemu:Berta Bobath,seorang fisioterapis,dan suaminyaKarel,seorang psikiater / neurofisiologi. Di Amerika Serikat, Konsep Bobath biasanya disebut sebagai 'perawatan perkembangan saraf'. Hal ini didasarkan pada kemampuan otak untuk mereorganisasi (neuroplastisitas) dan multidisiplin, melibatkan ahli fisioterapi, Occupational Therapists.

      The Neuro-Developmental Treatment (NDT / Bobath). Pendekatan ini dikembangkan untuk pengobatan individu dengan Patofisiologi dari sistem saraf pusat (SSP), terutama anak-anak dengan cerebral palsy(CP) dan orang dewasa dengan kecelakaan pembuluh darah otak (CVA) dan mengakibatkan hemiplegia.Individu dengan SSP Patofisiologi memiliki disfungsi dalam postur dan gerakan dan selanjutnya kegiatan fungsional-keterbatasan. Para Bobaths mengembangkan NDT / Bobath pendekatan untuk mengatasi masalah ini. The NDT / pendekatan Bobath terus diperkaya dengan munculnya teori-teori baru, model baru, dan informasi baru dalam gerakan ilmu pengetahuan. Disamping itu, sebagai karakteristik populasi dengan Patofisiologi SSP perubahan, pendekatan terus berkembang.

Konsep Awal (Original Concept
            Bobath pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas abnormal refleks (Inhibition of abnormal reflex activity) dan pembelajaran kembali gerak normal (The relearning of normal movement), melalui penanganan manual dan fasilitasi.


Konsep Bobath Terkini :

Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka konsep Bobath juga mengalami perkembangan dimanamenggunakan pendekatan problem solving dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individualyang diarahkan pada tonus, gerak dan fungsi akibat lesi pada sistem saraf pusat.Tujuan intervensi dengan metode Bobath adalah optomalisasi fungsi dengan peningkatan control postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi, sebagaimana yang dinyatakan oleh IBITA tahun1995.

“The goal of treatment is to optimize function by improving postural control and selective movement through facilitation.” (IBITA 1995)

Tujuan yang akan dicapai dengan konsep Bobath : Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot anti gravitasi yang mengalami penurunan tonus.Meningkatkan kemampuan input proprioceptive.Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal”.

Fasilitasi specific motor activity.
.Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak.


Sejarah Perjalanan Bobath  :
       Normal movement approach merupakan pendekatan restoratif/rehabilitatif yang paling umum digunakan pada neuro-rehabilitasi fisik di Inggris (Walker et al., 2000; Lennon, 2003). Pendekatan ini juga dikenal dengan pendekatan Bobath atau NDT yang awalnya ditemukan oleh Berta & Karel Bobath di tahun 1970 dan didasarkan pada teori perkembangan saraf refleks-hirarkis bahwa hipotesis spastisitas karena produk refleks terlalu aktif.
    Pada awalnya, treatmen yang digunakan adalah Reflex Inhibiting Patterns (RIP) dan perkembangan pasien melalui urutan perkembangan saraf (Bobath, 1990). Namun, teknik pengobatan Bobath telah berubah dan berkembang sejak terakhir Publikasi Bobath pada 1990-an.

Pada tahun 1986 Karel Bobath berkata:
“ Konsep Bobath belum selesai. Kami berharap ini akan terus tumbuh dan berkembang di tahun-tahun mendatang.”

      Konsep Bobath tentang normal movement telah berkembang dengan menggabungkan ilmu pengetahuan saat ini dengan teori sistem kontrol motor, pembelajaran gerak, neurosciense dan plastisitas syaraf & otot dan biomekanik. (Raine, 2006, 2007; International Bobath Instruktur Training Association (IBITA), 2008)

      Pendekatan Bobath Concept adalah proses problem solving dan clinical reasoning dari serangkaian treatment atau teknik terapi untuk memungkinkan pola pergerakan yang lebih efisien. (IBITA, 2008). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa terlalu banyak usaha / energi dari pasien dan penggunaan berlebihan pada sisi yang sehat (kompensasi) sehingga menyebabkan munculnya tonus dan gerakan yang abnormal pada sisi yang mengalami gangguan (reaksi asosiasi) (Lennon, 2001:. hal 925)
     Gerakan abnormal menyebabkan ketidak akuratan, usaha yang lebih, kelelahan, gerakan kompensasi, ketegangan otot, overuse, nyeri, cedera dan akhirnya menghindar dari aktifitas dan ketidakmandirian. (Lennon, 1996; Raine, 2007).

 
 

KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA

KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA


BAB I
         PENDAHULUAN
1.1 .LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi yang dari hari ke hari semakin cepat sehubungan dengan era globalisasi dan derasnya arus informasi yang kita peroleh. Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai pemasalahan-permasalahan dianataranya dalam pelayanan medik. Terjadinya perubahan tata nilai dalam masyarakat yaitu masyarakat semakin kritis dan mengkritisi dengan memandang masalah yang ada termasuk nilai pelayanan medik yang diperolehnya.Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidak puasan terhadap pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan di muka peradilan, apabila seorang Fisioterapi dalam menjalankan terapi merugikan pasien/klein. Hal tersebut akan dijadikan berita yang menarik yang dapat tersebar luas di masyarakat melalui media massa maupun elektronik lainnya menjadi perhatian dan perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang Fisioterapi. Pedoman ini sudah ada yaitu “ Kode Etik Fisioterapi “. Selanjutnya akan di jelaskan pada pembahasan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang di maksud dengan fisioterapi
2.Apa tang di maksud kode etik?
3.Apa yang di maksud dengan kode etik profesi?
4.Apa saja kode etik fisioterapi Indonesia?
5.Apa saja sanksi-sanksi pelanggar kode etik fisioterapi?

1.3 TUJUAN
1.Untuk mengetahui pengertian Fisioterapi,
2.Untuk mengetahui pengertian kode etik,
3.Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi,
4.Untuk mengetahui kode etik fisioterapi Indonesia.
5.Untuk mengetahui sanksi-sanksi pelanggar kode etik fisioterapi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fisioterapi

Fisioterapi secaraetimologi terbagi atas dua unsur, yaitu : Fisio yang berarti alam dan
terapi yang berarti pengobatan. Menurut WCPT Fisioterapi adalah suatu ilmu atau kiat untuk melakukan suatu pengobatan dengan memanfatkan khasiat alam seperti cahaya, air, listrik,latihan-latihan dan manual.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, fisioterapi adalah suatu pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi. Fisioterapi dapat melatih pasien dengan olahraga khusus, penguluran dan bermacam-macam teknik dan menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien yang tidak dapat diatasi dengan latihan–latihan fisioterapi. Menurut Joic I William Fisioterapi adalah suatu proses yang secara sistemik untuk mengatasi
gangguan fungsi muskuloskeletal dan psikosomatos.
Fisioterapi menurut WCPT 1995 dan 1999 dapat diuraikan dan dijabarkan sebagai berikut :
1.Fisioterapi profesi yang mandiri
2.Sejajar dengan profesi kesehatan lainnya
3.Lingkup pelayanannya dari individu sampai masyarakat menyangkut promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.Fisioterapi menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1363 pasal 12 dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.Fisioterapis dalam melaksanakan praktek berwewenang untuk melakukan :
a.Asesment Fisioterapi
Assesment termasuk pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang
berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi
kesehatan lainnya dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history Taking), s
krening,tes khusus pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalamsebuah proses pertimbangan klinis.

b.Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan menyatakan hasil dari proses
pertimbangan/ pemikiran klinis, dapat berupa pernyatan keadaan disfungsi gerak, dapat
meliputi/mencakup kategori kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan/ketidakmampuan dan
sindrom.

c.Intervensi fisioterapi
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhanintervensi dan biasanya menuntun
kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya. Dapat menjadi pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.Intervensi di implementasikan dan dimodifikasilkan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual, peningkatan gerakan, peralatan fisis, peralatan elekt roterapeutik dan peralatan mekanis : pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan bantu, instruksi dan konseling, dokumentasi dan koordinasi, komunikasi dan intervensi dapat juga ditujukan pada pencegahan ketidaknormalan (kelemahan), keterbatasan fungsi, ketidakmampuan dan cidera, termasuk juga peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, kualitas hidup, kebugaran segala umur dan segala lapisan masyarakat.

d.Evaluasi/re-evaluasi/re-assesment
Dilakukan setiap penerapan proses fisioterapi agar dapat memaksimalkan tujuan yang
akan dicapai.Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatangerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi

2.2 Pengertian Kode Etik
Kode Etik diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku.

2.3 Pengertian Kode Etik Profesi
Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau bagaiman “seharusnya” berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang bersangkutan di
mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif Howard Stephenson dalam bukunya yang artinya, kegiatan humas atau public relations merupakan profesi secara praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang berlandaskan latihan, kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar etikanya.
Kode etik profesi adalah suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Secara garis besar kode etik profesi mencakup butir-butir pokok sebagi berikut :
1.Kode perilaku,
2.Kode moral,
3.Menjunjung tinggi standar moral,
4.Memiliki kejujuranyang tinggi,
5.Mengatur etis nama yang boleh diperbuat dan tidak boleh diperbuat oleh professional. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik- baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

2.4 Pengertian Kode Eik Fisioterapi Indonesia
Kode etik profesi fisioterapi disusun untuk memberikan standar umum kepada semua
anggota profesi fisioterapi. Kode etik profesi dapat ditinjau kembali sesuai dengan kondisi
dan tututan keadaan.Bertujuan untuk memelihara martabat dan integritas profesi fisioterapi.
Keputusan IFI nomor : Kep/100/VIII/2001/IFI tentang Kode Etik Fisioterapi Indonesia. Demikian juga sikap dan perilaku profesional maka fisioterapi dalam memberikan pelayanan hendaknya :
1.Menghargai hak dan martabat individu,
2.Tidak bersikap diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang membutuhkan.
3.Memberikan pelayanan profesional yang jujur, berkompeten dan bertanggungjawab.
4.Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup profesi fisioterapi.
5.Menjaga rahasia pasien/klein yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan pengadilan/hukum.
6.Selalu memelihara standar kompetnsi profesi fisioterapi dan selalu meningkatlan pengatahuan/ketrampilan.
7.Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat. Fisioterapi dalam segala aktifitas profesional dan pelayanan kepada individu dan masyarakat harus selalu menjaga citra profesi berdasarkan kode etik yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi fisioterapi, menjunjung tinggi kehormatan profesi dalam setiap perbuatan dan dalam keadaan apapun, mematuhi peraturan dan dalam keadaan apapun. Mematuhi peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi fisioterapi.

2.5 Kode Etik 1
Yaitu menghargai hak dan martabat setiap individu, Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan profesional.Hubungan yang terjadi anatara fisoterapi denga pasien/klein didasari sikap saling percaya dan menghargai hak masing-masing.

A..Hak Pasien/Klein
1.Pasien/klein berhak atas pelayanan yang sebaik mungkin.
2.Pasien/klein berhak atas perlindungan terhadap pelayanan yang tidak sesuai dan hanya
menerima pelayanan yang bermanfaat.
3.Pasien/klein berhak atas pelayanan fisioterapi yang menghargai privasi dan martabatnya.
4.Pasien/klein atau kuasa hukum berhak atas informasi yang cukup tentang assesment, pilihan terapi/tindakan dan resiko yang dapat ditimbulkan.
5. Pasien/klein berhak atas pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk yang terbaik dalam pemeliharaan kesehatannya, sehingga bila di pandang perlu fisioterapis dapat merujuk kepada pihak lain/profesi lain yang lebih berkompeten.
6.Pasien/klein berhak menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam hal:
a. Memilih pelayanan fisioterapi atau alternatif lain
b. Menghentikan dan menerima ketidakmampuannya walaupun mungkin tindakan fisioterapi dapat meningkatkan keadaanya.

B. Hak-Hak Fisioterapi
1. Fisioterapi berhak atas kemandirian profesi dan otonomi
2. Fisioterapi berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasi dan kompetensi serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela diri terhadap gugatan sesuai keadilan.
3. Fisioterapi berhak untuk bekerja sama dengan teman sejawat
4. Fisioterapi berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan cara yang terbaik bagi pasien/klein.
5. Fisioterapi berhak atas jasa yang layak dari pelayanan profesionalnya.

C. Hak- Hak Profesi Organisasi Ikatan Fisiterapi Indonesia (IFI)
1.Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas loyalitas anggota dan memberikan perlindungan dari pelecehan akibat pelayanan yang inkopeten, ilegal dan bertentangan dengan kode etik profesi
2. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas nama baik dan menolak pelecehan dari siapapun.
3.Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas pengajaran fisioterapi yang berkualitas, kompeten dan berpengalaman dibidangnya.
4.Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas praktek fisioterapi yang profesisonal dan menolak diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain.

2.6 KODE ETIK II
Yaitu Membantu siapa saja yang membutuhkan pelayanan profesionalnya tanpa
diskriminasi, terdiri atas :
1.Fisioterapi mempunyai kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang
membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan, polotik dan status ekonomi. Dalam keadaan diluar karena alasan apapun maka fisioterapis akan merujuk kepada tenaga/profesi lain yang memadai.
2.Fisioterapi harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipilih bagi individu dan masyarakat.
3.Fisioterapi dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/klein dalam
memberi pelayanan.
4.Fisioterapi berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan

2.7 KODE ETIK III
Yaitu Memberikan pelayanan profesional yang jujur, kompeten dan bertangungjawab.
a.Tanggung Jawab Fisioterapi
1.Fisioterapi mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan
memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan
masyarakat.
2.Fisioterapi dimanapun dia berada hendaknya selalu meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dilingkungannya.
3.Fisioterapi harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan individu, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
4.Fisioterapi hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat
meningkatkan pelayanan.
5.Fisioterapi harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan kode etik profesi.
6.Fisioterapi harus mencantumkan gelar secara benar untuk mengambarkan status profesinya.
7.Fisioterapi wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi
kesehatan lainnya tentang fisioterapi dan profesi kesehatan lainnya tentang fisioterapi dan
pelayanan profesionalnya sehingga mereka menjadi tahu dan mau menggunkannya.
8.Fisioterapi dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi untuk semata-mata mencari keuntungan.
9.Jasa profesisional yang diterima fisioterapi harus diadaptkan dengan cara yang jujur.
10.Fisioterapi dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektivitas dan efisiensi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat.

b.Tanggung Jawab Organisasi Profesi
1.Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin pelayanan yang diberikan secara jujur, komplit dan berdasarkan pada penelitian dan informasi yang aktual dalam rangka ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2.Ikatan Fisioterapi Indonesia membuat dan memantau pelakasanaan standar profesi dalam praktek dalam praktek profesional.
3.Ikatan Fisioterapi Indonesia akan secara aktif mempromosikan profesi fisioterapi kepada
masyarakat secara jujur.
4.Ikatan Fisioterapi Indonesia akan mengatur sumber daya yang ada secara efektif, efisien dan bertanggungjawab.
5.Ikatan Fisioterapi Indonesia memberikan dukungan kepada anggotanya untuk mendapatkan informasi pendidikan, program dan kebijakan organsasi.
6.Ikatan Fisioterapi Indonesia memperjuangakan agar anggotanya mendapatkan penghasilan yang wajar.
7. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertanggungjawab kepada anggotanya.





2.8 KODE ETIK IV
Yaitu mengakui batas dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanaan dalam lingkup profesi fisioterapi.
1.Fisioterapi memberikan pelayanan dan tindakan sesuai dengan pengetahuam dan ketrampilan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fisioterapi tidak akan melakukan aktifitas profesi yang dapat merugikan pasie/klein, kolega atau masyarakat.
3. Fisioterapi hendaknya selalu mensejahterakan pelayanannya dengan standar pelayanan
praktek fisioterapi.
4. Fisioterapi dalam mengambil keputusan beradasarakan kepada pengetahuan dan kehati-hatian.
5.Fisioterapi berkewajiban menyumbangkan gagasan, pengetahuan dan ketrampilan untuk
kemajuan profesi dan organisasi.
6.Apabila fisioterapi memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang kurang memadai untuk
mengatasi tertentu harus : Meminta petunjuk dan saran kepada yang lebih berpengalaman
pada kondisi yang tepat dan Merujuk pasien/klein kepada profesi atau lembaga lain yang
tepat.- Apabila fisioterapi menerima pasien/kelin yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka dia tidak melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada profesi atau profesi lain tanpa persetujuan pasien/klein yang merujuk.

2.9 KODE ETIK V
Yaitu menjaga rahasia individu yang dapat dipercayakan kepadanya.
1.Informasi tentang pasien/klein dilarang untuk diberikan kepada orang atau pihak lain yang tidak berkepentingan tanpa persetujuan pasien/ klein/kuasa hukumnya.
2.Pencacatan informasi selama proyek penelitian hendaknya tidak mencantumkan identitas
pasien, kecuali ada pesetujuan dari yang bersangkutan.
3.Informasi dapat diberikan apabila mempunyai kekuatan hukum atau bila dperlukan untuk
keselamatan seseorang atau masyarakat.
4.Privasi pasien/klein harus tetap terjaga selama wawancara.
5.Komputer atau cacatan harus terlindung dari pihak yang tidak berkepentingan.
6.Fisioterapi yang mampu terhadap informasi rahasia kolega/ pasien/ klein hanya akan
membuka informasi bilamana sangat membutuhkan.
7.Informasi rahasia diberikan hendaknya tidak tercacat permanen tanpa persetujuan individu.

2.10 KODE ETIK VI
Yaitu selalu memelihara standar profesi dan meningkatakan pengetahuan dan ketrampilan.
a.Tanggung Jawab Fisioterapi
1.Fisioterapi bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkini.
2.Fisioterapi secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi melalui literatur dan pendidikan.
3.Fisioterapi beratanggungjawab menggunkan tehnik yang mereka kuasai oleh karena itu
hendaknya :
a. Mendelegasikan kepada fisioterapis yang kualifait.
b. Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/klein, keluarga, asisten dan pihak lainapabila dipandang perlu.
4.Fisioterapi sebgai pemilik harus memastikan bahwa karyawan mampu untuk menerima
tanggungjawabnya.
5.Fisioterapi sebagai pemilik hendaknya memberikan kepada karyawan untuk berkembangmenjadi fisioterapi.Fisioterapi dalam melakukan penelitian harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia.
b.Tanggung Jawab Ikatan Fisioterapi Indonesia.
1.Ikatan Fisioetarapi Indonesia hendaknya menyelenggarakan pedidikan yang berkelanjutan untuk meningkatakan pengetahuan dan ketrampilan profesional.
2. Ikatan Fisioetarapi Indonesia menjamin agar kode etik di jalankan oleh setiap profesi

2.11 KODE ETIK VII
Yaitu memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.
1.Fisioterapi mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerja sama dengan profesi lain dalam perencanaan dan pengelolaan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi
kesehatan individu dan masyarakat.
2. Fisioterapi hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme dan melengkapi diri dengan ketrampilan yang memadai untuk perencanaan dan pengelolaan dalm situasi tertentu yang dihadapinya, sehingga sadar akan keberadaan pelayanannya dalam kontekssosial dan ekonomi secara menyeluruh.
3.Fisioterapi mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan dan medukung penelitian untuk perencanaan dan pengetahuan.
4.Fisioterapi memberikan dorongan dan dukungan kepada sejawat dalam menyusun perencanaan pelayanan strategis pengembangan.

2.8 Sanksi-Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Fisioterapi Sanksi–sanksi pelanggaran kode etik seorang fisioterapis, menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang registrasi dan izin praktik fisioterapis menteri kesehatan republik Indonesia BAB VII mengenai SANKSI. Dalam Prakteknya akan diberikan sanksi–sanksi tegas berupa :
Pasal 23
Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menjatuhkan sanksi administratif
kepada fisioterapis yang melakukan pelanggaran tehadap ketentuan keputusan ini. Ayat (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 23 diatas dilakukan
melalui:
a.peringatan lisan; atau
b.peringatan tertulis; dan
c.pencabutan Surat Izin Praktik Fisioterapi,
Ayat (3) Organisasi profesi dapat mengusulkan sanksi administratif kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terhadap fisioterapis yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan keputusan ini.
Pasal 24
Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mengambil tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) butir c terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) tingkat Propinsi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;.
Ayat (2) Dalam hal MDTK tingkat Propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 24
diatas belum terbentuk, pertimbangan diberikan oleh Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etika Pelayanan Medis Propinsi.
Pasal 25
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberikan tembusan kepada organisasi profesi
setempat untuk setiap pencabutan SIPF.
Pasal 26
Pimpinan sarana kesehatan yang tidak melaporkan fisioterapis yang melakukan praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 { yang berbunyi Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan wajib melaporkan fisioterapis yang melakukan praktik pada sarana pelayanan
kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
organisasi profesi } dan/atau mempekerjakan fisioterapis tanpa izin dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 27
Terhadap tenaga fisioterapis yang sengaja :
a)Melakukan praktik fisioterapi tanpa mendapat pengakuan/adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 { yang berbunyi : Ayat (1) Fisioterapis lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi persyaratan mendapatkan SIF. Ayat (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 6 dilakukan pada sarana pendidikan milik Pemerintah. Ayat (3) Untuk melakukan adaptasi fisioterapis mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Ayat (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi;
b.Transkrip nilai ujian yang bersangkutan. Ayat (5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaiman dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi. Ayat (6) Fisioterapis yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam : Pasal 2, ayat (1) Pimpinan penyelenggara pendidikan fisioterapi wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan fisioterapi. Ayat (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 2 tercantum dalam formulir I terlampir, Pasal 3, yang berbunyi ayat (1) Fisioterapi yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelangkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di mana sekolah berada guna memperoleh SIF, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijasah pendidikan fisioterapi. Ayat (2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a.Fotokopi ijasah pendidikan fisioterapi;
b.Surat keterangan sehat dari dokter;
c.Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Ayat (3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal 3 tercantum dalam formulir II terlampir., dan Pasal 4 { yang berbunyi (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dan menerbitkan SIF. Ayat (2) SIF sebagaimana dimaksud pada ayat (1)pasal 4diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan dalam waktu selambat lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima. Ayat (3) Bentuk dan isi SIF sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir. }
b) Melakukan praktik fisioterapi tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) {
yang berbunyi (2) Fisioterapis yang melaksanakan praktik fisioterapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki SIPF (yang berbunyi Fisioterapis dapat melaksanakan praktik fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok.}
c) Melakukan praktik yang melanggar ketentuan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) diatas;
d) Melakukan praktik fisioterapi yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) diatas;
e)Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (1) { yang berbunyi (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsiharus membuat pembukuan registrasi mengenai SIF yang telah diterbitkan. } dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan Secara garis besar kode etik fisioterapi Indonesia, yaitu
1.Menghargai hak dan martabat individu,
2.Tidak bersikap diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang
membutuhkan.
3.Memberikan pelayanan profesional yang jujur, berkompeten dan bertanggungjawab.
4.Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup profesi fisioterapi.
5.Menjaga rahasia pasien/klein yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan
pengadilan/hukum.
6.Selalu memelihara standar kompetnsi profesi fisioterapi dan selalu meningkatlan pengatahuan/ketrampilan.
7. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk
meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.

3.2 Saran Dalam melaksanakan intervensi profesi fisioterapi, tenaga fisioterapi Indonesia diharapkan dapat menjalankan profesinya sesuai dengan standar profesi fisioterapi yang telah ditetapkan. Standar profesi fisioterapi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan profesi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.


DAFTAR PUSTAKA
http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Kepmenkes_376-MENKES-SK-III-2007_STANDAR_PROFESI_FISIOTERAPIS.pdf KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang registrasi dan izin praktik fisioterapis menteri kesehatan republik Indonesia


Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

FISIOEDUKASI

FISIOEDUKASI