Selasa, 19 Desember 2017

VENTRIKEL SEPTUM DEFEK


VENTRIKEL SEPTUM DEFEK


A.      DEFINISI
Defek Septum Ventrikel adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
B.     KLASIFIKASI
1.      Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan kelainan Hemodinamik
        v      Defek kecil dengan tahanan paru normal
        v      Defek sedang dengan tahahan vaskuler paru normal
        v      Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik
        v      Defek besar dengan penyakit obstruksivaskuler paru
2.   Klasifikasi  Defek Septum Ventrikel berdasarkan letak anatomis
       v  Defek didaerah pars membranasea septum, yang disebut defek membran atau lebih   baik perimembran (karena hampir selalu mengenai jaringan di sekitarnya). Berdasarkan perluasan (ekstensi) defeknya, defek peri membran ini dibagi lagi menjadi yang dengan perluasan ke outlet, dengan perluasan ke inlet, dan defek peri membran dengan perluasan ke daerah trabekuler.
    v  Defek muskuler, yang dapat dibagi lagi menjadi : defek muskuler inlet, defek muskuler outlet dan defek muskuler trabekuler.
     v  Defek subarterial, terletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek ini dahulu disebut defek suprakristal, karena letaknya diatas supraventrikularis. Yang terpenting pada defek ini adalah bahwa katup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama, dengan defek septum ventrikel tepat berada di bawah katup tersebut. (dalam keadaan normal katup pulmonal lebih tinggi daripada katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat di bawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal)
C.     ETIOLOGI
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifaktor. Faktor yang berpengaruh adalah :
        1. Faktor eksogen            : ibu mengkonsumsi beberapa jenis obat penenang dan jamu. Penyakit ibu (penderita rubella, ibu menderita IDDM) dan Ibu hamil dengan alkoholik.
      2.   Faktor endogen           :  penyakit genetik (Sindrom Down), anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah dan ibu menderita PJB dan lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
      D.     GAMBARAN KLINIS
1.  VDS Kecil
      a.   Biasanya asimtomatik
      b.   Defek kecil 5 – 10 mm
      c.   Tidak ada gangguan tumbang
      d.   Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar keseluruh tubuh prekardium dan berakhir pada waktu diastolik karena terjadi penurunan VSD
2. VSD Sedang
      a.   Sesak nafas pada saat aktivitas
      b.   Defek 5 – 10 mm
      c.   BB sukar naik sehingga tumbang terganggu
      d.   Takipnoe
      e.   Retraksi
      f.    Bentuk dada normal
      g.   Bising pansistolik
       E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ø  Auskultasi jantung : mur-mur pansistolik keras dan kasar , umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
Ø  Pantau tekanan darah
Ø  Foto rontgen toraks : hipertrofi ventrikel kiri
Ø  Elektrocardiografi
Ø  Echocardiogram : hipertrofi ventrikel kirI
Ø  MRI
       E.  KOMPLIKASI
v  Gagal jantung
v  Endokarditis
v  Insufisiensi aorta
v  Stenosis pulmonal
v  Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
       F.   PENATALAKSANAAN MEDIS
  1. Pembedahan :
Ø  menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass
Ø  pembedahan Pulmonal Arteri Bunding (PAB) atau penutupan defek untuk mengurangi aliran ke paru.
2.      Non pembedahan :
Ø  menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung.
Pemberian vasopresor atau vasodilator
1.      Dopamin ( intropin )
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan  sistolik serta tekanan nadi , sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolik ;digunakan untuk gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
2.      Isopreterenol ( isuprel )
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung : menurunan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sisitolik.
1. Pre Operative Testing  :
v   Heart / Cardiac Cateterisation
v   Pulmonary Function Test
v   Arterial Blood Gases
v   ECG
                         2. Incisi   :
Ø   Median Sternotomy
Ø   Thoracotomy
Ø   Extracorporeal Circulation : Alat pengganti sementara kerja jantung

Fisioterapi Sebelum operasi 
           Problem yang mungkin terjadi:
ž   Tanda-tanda vital: HR > 80/min, RR> 20/min BP: <80>120/90 mmHg
ž  Gangguan jalan nafas Seperti adanya sputum.
ž  Ventilasi rendah a.   Bentuk thorak (barel chest, dada burung). b. Gerakan nafas (ritmis cepat, tidak ritmis antara cepat dan dalam) c.   Terbatasnya ROM thorak
ž  Gangguan sirkulasi: Cyanosis saat aktivitas ringan sampai sedang.
ž  Sesak nafas (ventilasi rendah )
ž  Gangguan gerak dan fungsi
ž  Pengetahuan tentang penyakitnya dan kesehatan kurang. Tidak tahu tentang penyakitnya,rencana operasinya, apa yang harus dipersiapkan dan Tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah operasi.
Assesment FT
ž  Anamnesa.:Jam ,Tanggal, bulan th pemeriksaan, identitas Pasien. Riwayat keluhan, faktor dan yang mengurangi keluan, Lingkungan, Sosial dan Pekerjaan.
ž  Examination : 1. Tanda-tanda vital.a.   HR 1). Palpasi nadi radialis. 2). Auskultasi jantung. 3). Membaca monitor EKG, Pulse oxi meter. 4). Hitung frekwensi dan irama jantung, 5) Pola pernafasan. a. BP lebih rendah dari 80/60 mmHg atau lebih tinggi 120/90 mmHg. b. RR > 20/min atau <10 .="" span="">
ž  Gangguan jalan nafas Seperti adanya sputum, betuk sangkar thorak dan gerakan pernapasan
ž  Gangguan sirkulasi. Cyanosis saat aktivitas ringan sampai sedang. a.  Inspeksi warna kulit pucat . b. Periksa hasil Lab : Hb kurang dari 10, Lihat Analisa gas darah
TUJUAN FT
o   Persiapan operasi
o   Meningkatkan kemampuan paru. Tingkatkan ventilasi, kebersihan jalan nafas, cara batuk efektif, cara nafas dalam, cara menahan daerah operasi saat bernafas atau batuk agar tidak sakit.dan manfaat latihan.
o   Peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya, singkat operasi, apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah operasi meningkat.
o   Kurangi rasa takut, cemas , gelisah , tidak nyaman & aman.
Rencana Fisioterapi
Ø  Meningkatkan kemampuan paru denganmelatih/ mengajarkan:
1). Pengaturan posisi yang menguntungkan dan efisien. 2). Deep , Pursed lips , lokal , diaprahgmatik breathing. 3). Latihan batuk efektif. 4). Pemberian tahanan saat batuk dan nafas pada daerah operasi.
Ø  Dosis:
1. Frekuensi tiap hari.2. Intensitas HR naik 10-20 dari rest.3. Time ((Waktu) 5- 15 menit.4. Tipe : Posisioning, bantuan nafas, latihan aerobik dll.5. Repetisi: Satuan/min(irama normal). Repetisi breathing 12-20/menit
Ø  Mobilisasi torak
Ø  Edukasi : Tentang penyakit, tehnik operasi, yang harus dilakukan sebelum /sesudah ops serta yang tidak boleh dilakukan
Problem Post bedah
1. Sputum yang bertambah.
2. Penurunan fungsi paru dan jantung.
3. Gerakan nafas dan fungsi nafas.terganggu.
4.  Ventilasi thorak menurun.
5.  Gerakan sendi thorak menurun.
6.  Gelisah,cemas, takut bergerak atau bernafas bebas bahkan merasa tidak aman.
7.  Pengetahuan latihan yang menurun, yang memperberat dan memperingan keluan.
8.  Kemampuan aktivitas : Self care, self dreesing, ADL menurun.
9.  Komplikasi : a). Gagal nafas, insulfisiensi b). cardiac arest , c). Aritmia, d. Infeksi. d). Gagal ginjal. e). Penurunan fungsi syaraf. f). TIA. g). Emboli paru/ pembuluh darah. h). Tidak stabilnya tulang sternum
Rencana Fisioterapi Post bedah
ž  Tahap I. Masa akut hari ke dua sampai 5.
ž  Tahap II. Masa penyembuhan 5 s/d 14 hari.
ž  Tahap III. Masa dirumah 15 – 2 bulan).
ž  Tahap IV. Masa pemeliharaan dan penyesuaian kerja. Setelah 2 bulan.
A.     Fase/Tahap I di ICCU (ICU)
Bebaskan jalan nafas. Bersihkan dari sputum dengan suction atau posisikan semi
ektensi dan rotasi leher, bila mungkin pengasatan dan latihan batuk dengan menahan
daerah sakit. Dilakukan pada hari kedua setelah ops
žLakukan pasif movement dari sendi proksimal baru distal dan usahakan banyak sendi
bergerak.Sedangkan latihan aktif dimulai dari distal baru sendi proksimal. Bila
latihan nafas dari diaprahgmatik breathing baru segmental.
Menyesuaikan aktivitas dengan kemampuan fungsi paru dan jantung.Bila diberikan
latihan breathing nadi naik tidak lebih 20 dari nadi awal pada hari ke dua sudah boleh
duduk, lakukan gerak dinamik dan mulai dari distal menuju proksimal dengan metode
10 macam gerakan masing- masing lima gerakan.Latihan dihentikan apabila:
                                     1). Ada aritmia lebih dari 6 x /min.
                                      2). Tanda vital mencapai target,
                                     3). Ada keluhan didukung tanda vital
Melatih mobilisasi : Pada hari ke 3 sudah boleh dudu bahkan bila target belum ada
gangguan sudah boleh berdiri dengan bantuan.
Berikan bantuan suport agar pasien perjaya diri, tampa mengabaikan keluan sakit
Edukasi tentang yang yang memperingan dan memperberat kondisinya

B.     Fase II
·         Bentuk pada Phase I dapat dipakai,
·         Tingkatkan ke phase II secara progresif dengan dosis phase II.
·     Modivikasi bentuk latihan misalnya latihan deep breathing dengan jumlah latihan nafas ditambah atau ripitasi latihan lebih sedikit atau lebih dalam dengan ekspirasi lebih lama
·  Jumlah gerakan sendi ditingkatkan dan perhatikan prinsif bernafas jangan menimbulkan latihan dengan menahan nafas. Pada prinsipnya semua gerakan yang menimbulkan kompresi thorak disertai ekspirasi dan gerakan yang mingkatkan ventilasi disertai inspirasi.


C.     Fase III
·    Latihan di klinik 3 x seminggu untuk latihan bersama, sesama kundisi bedah jantung
    untuk lebih percaya diri
·    Didik untuk dapat memahami latihan dengan benar dan dilakukan dengan baik.
·    Latihan disesuaikan dengan aktivitas kerjanya dan dosis latihan lihat kolom diatas
    serta. Hindarkan faktor pemberat dan lakukan yang memperbaiki kondisi fisik
    dengan teratur dan terukur.
·    Atur jadwal latian dan anjurkan masuk kelompok senam jantung.datang.
·    Didik latihan aerobik yang benar, teratur, terukur.
·  Hindarkan emosional pengin cepat kuat kembali dengan latihan over dosis, bahay
   lebih besar dan sangat fatal

D.     Fase IV
·         Phase setelah dua bulan dirumah atau masa pemeliharaan
·         Dalam kelompok ini dibedakan tiga tahap terutama bedah jantung koroner, karena untuk bedah jantung bawaan biasanya anak berkembang sesuai pertumbuhanya.
·         Kelompok I. Kelompok kemampuannya baik dan memeng sudah terlatih
·         Kelompok II. Kelompok kemapuan sedang karena baru pulang rawat.

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

FISIOEDUKASI

FISIOEDUKASI